Melihat Pemandangan Historis Kota Split dari Atas Menara Kompleks Istana Diocletian

IMG_2834 (1)

Kompleks Istana Diocletian

Ternyata Daerah Riva merupakan area yang bersinggungan dengan kompleks Istana Diocletian. Maka saya berlanjut ke tempat tersebut bersama dengan Eji and team, hehehe. Nah, setelah kami menghabiskan waktu di Riva tadi menyeruput kopi kami masing-masing, kami memasuki area yang dinamakan daerah Istana Diocletian tadi. Areanya cukup luas, meliputi seluruh bangunan yang berada di dekat Riva. Lebih detailnya bisa lanjut googling tentang bangunan ini yah 🙂

Istana ini dibangun pada masa kekaisaran Romawi Diokletianus sekitar abad ke 4. Kompleks ini memakan sekitar setengah area dari keseluruhan area old town di Split (old town merupakan sebutan untuk pusat perkotaan setempat). Tempat ini merupakan warisan sejarah dunia lho! UNESCO menetapkannya November tahun 1979. Menurut sumber dari warga local, tadinya area istana Diocletian ini bebas dari toko penjual dan restoran seperti yang ada sekarang ini. Mulai tahun 2006, pengelola tempat ini yaitu pemerintah setempat mengizinkan adanya pembangunan untuk toko-toko souvenir dan restoran. Hal ini terjadi karena adanya kepentingan politik pemerintah setempat juga keberhasilan pihak swasta dalam melakukan lobbying.

Searah Jarum Jam, Gambar 1 adalah pintu masuk menara yang berada di Istana Diecletian, Gambar 2 situasi tawar menawar tiket (membeli sebenarnya bukan nawar), Gambar 3 menara yang paling tinggi di area istana

Selama berjalan dalam kompleks istana Diocletian, Saya seperti dibawa ke perjalanan sebelumnya dimana Saya mengelilingi 3 negara di Eropa seperti Italia, Perancis, dan Belanda. Mereka memiliki kesamaan tata kota, namun yang special di kompleks ini, jalanan yang dilewati terbuat dari batu berkualitas tinggi yaitu gamping putih local dan marmer. Salah satu keunggulan Kroasia adalah batu gamping putih dan marmer, bahkan gedung putih US menggunakan sumber daya alam ini sebagai material utamanya. Tidak lama berjalan kaki, mungkin sekitar 5 menit, Saya sampai di Istana Diocletian, dengan Lapangan monumental bernama Peristyle berdiri megah didepan Saya. Saat itu karena waktu sudah sore, Saya tidak mempunyai kesempatan untuk masuk ke dalam monument utama Peristyle, namun sekali lagi saya beruntung karena diajak untuk naik ke menara Saint Domnius Katedral. Katanya, dari menara Katedral ini, kita bisa melihat keseluruhan kota split sampai dengan pemandangan lautan yang indah.

Pemandangan dari atas Katedral Saint Domnius

Sebenarnya, Saya takut dengan ketinggian, namun Saya meredam rasa takut Saya dan meyakinkan diri Saya bahwa saya bisa menaiki katedral saint Domnius ini sampai ke menara paling tinggi. Saya pun mulai menaiki satu persatu anak tangga sampai ke puncak, dimulai dari anak tangga sekitar 3 lantai yang berbentuk lorong sempit seukuran badan Saya. Mulai menaiki tangga di lantai keempat Saya mulai merasa ketakutan karena tangganya bukan tangga kokoh seperti terbuat dari semen, tangga tersebut terbuat dari besi yang agak tipis. Pelan-pelan Saya menaiki tangga tersebut sekitar 3 lantai keatas. Cukup tinggi dan menakutkan, namun akhirnya saya sampai diatas menara.

Dari atas menara ini, kita benar-benar bisa melihat pemandangan lautan yang tadi Saya lewati dibawah. Saya melihat pelabuhan dan deretan pohon palem yang Saya lewati di Riva. Saya melihat Marjan Hill dari arah berlawanan dari Menara Katedral Saint Domnius ini. Langit yang berawan dan matahari yang mulai tenggelam menambah kesan historical tempat ini, sebuah kompleks kekaisaran Romawi, seperti yang selama ini hanya bisa saya nikmati dari balik layar televisi. Saya mengabadikan banyak foto, mulai dari foto pemandangan, lautan, pemukiman penduduk, semuanya indah dan sedap dipandang mata. Angin dari atas menara bertiup begitu kencang dan sangat terasa oleh Saya. Hanya sekitar 30 menit saja Saya bertahan diatas dan memutuskan untuk turun kebawah.

Mejeng di atas menara bersama teman-teman 🙂

Sesampainya di bawah, Saya bersyukur tidak mengalami hal yang aneh-aneh. Pikiran saya menerawang dan khawatir ketika diatas tadi. Pasalnya pada bagian lantai paling atas, seperti yang tergambar pada alinea sebelumnya, terdiri dari seng tipis saja yang bagi saya itu menyeramkan. Tapi terimakasih Tuhan, akhirnya sudah kembali di bawah dan melanjutkan berjalan-jalan keliling area istana Diocletian lagi. Tujuan berikutnya adalah makan. Rencana kami akan membeli sandwich yang paling terkenal di area ini.

Kesiapan Menghadapi Ledakan Pariwisata di Kota Split, Kroasia

Hari sudah mulai gelap ketika kami sampai dibawah. Lantas segera kami menuju parkiran mobil untuk kembali menuju rumah teman Saya. Pengalaman seharian menikmati dan mengelilingi pusat Kota Split merupakan pengalaman baru yang sangat bermakna. Dari sini Saya merasa bahwa pemerintah setempat, pihak swasta, dan masyarakat local perlu untuk bersiap-siap dalam menghadapi ledakan pariwisata di saat high season atau saat lokasi ini menjadi terkenal di dunia. Karena saat ini, Saya sebagai wisatawan bisa merasakan aura mediterania yang merupakan khas daerah Eropa Selatan ini. Kenapa Saya bilang pariwisata disini akan meledak? Hal ini karena pemaparan warga local yang mengatakan bahwa Split selalu ramai oleh turis di musim panas, saat pantai menjadi atraksi utamanya. Ditambah lagi, pengelola penginapan juga mengatakan bahwa tahun ini di setiap musim penginapan mereka selalu penuh dengan wisatawan yang menandakan bahwa tempat ini mulai diketahui oleh masyarakat mancanegara.

Namun, yahhh intinya dalam perjalanan ini Saya mencoba untuk mengenal Kroasia lebih dekat. Semoga pemerintah cukup bijak melihat fenomena pariwisata yang mulai bergeliat ini. Intinya jangan sampai pariwisata menjadi momok perusak keindahan Kota Split yang indah ini. Sementara sampai sini dulu ya, belum tahu kapan akan menulis lagi. Menikmati liburan, tanpa kerja. Sekaligus mengerjakan tesis sebagai syarat menyandang gelar S2 dibidang pariwisata.

Tinggalkan komentar